Home »
» "Makin Terjepit Makin Melejit"
Kak Echo
Saturday, June 09, 2012
Mengapa sampai kini Albert Einstein dianggap sebagai orang yang paling
jenius di dunia? Bukankah banyak orang yang memiliki IQ lebih tinggi
dari Einstein? Akan saya ceritakan suatu kisah (sebut saja behind the
history) yang mungkin bisa menjawabnya.
Artikel ini merupakan
lanjutan dari artikel saya yang berjudul "Mengapa pohon kelapa banyak
tumbuh di pantai?". Dari cerita ini kita akan belajar bagaimana mengubah
situasi terjepit menjadi melejit dan mengubah "batu sandungan" menjadi
"batu loncatan" untuk dapat melejit lebih tinggi.
Seperti yang saya janjikan diakhir artikel yang lalu, bahwa saya akan bercerita tentang tokoh Albert Einstein.
Pada saat Albert Einstein baru menemukan teori relativitas, beliau
bekeliling dari satu universitas ke universitas lainnya untuk
mempresentasikan rumus relativitas E=mc2 yang ditemukannya. Setiap kali
pergi presentasi, beliau selalu didampingi oleh seorang supir yang hanya
lulusan setingkat sekolah dasar.
Setiap kali Einstein
melakukan presentasi, sang supir ini selalu memperhatikannya walau pun
tidak mengerti materi apa yang dipresentasikan. Maka setelah puluhan
kali melihat presentasi, sang supir menjadi hafal dengan semua materi
yang dipresentasikan walau pun dia tidak mengerti artinya.
Pada
suatu saat, Einstein merasa lelah sekali setelah melakukan beberapa
kali presentasi sekaligus. Di tengah perjalanan menuju universitas yang
terakhir, tubuh ringkihnya tidak sanggup menahan keletihan.
Einstein merasakan bahwa dia dapat saja sewaktu-waktu pingsan kelelahan
ditengah-tengah acara presentasi terakhir nanti. Dia mengeluhkan hal ini
kepada supirnya. Sang supir yang memahami keadaan majikannya menawarkan
suatu bantuan.
Katanya, "Bukankah orang-orang di sana belum
mengenal wajah Pak Einstein?" (karena saat itu Einstein belum terkenal
seperti sekarang)
"Saya telah hafal semua materi yang Bapak sering presentasikan. Walau pun saya sama sekali tidak mengerti artinya."
"Kalau saya mengaku sebagai Pak Einstein, tidak akan ada orang lain di sana yang mengetahuinya", kata si supir.
"Pak Einstein, bagaimana kalau saya membantu menggantikan Bapak untuk presentasi di universitas terakhir ini?", kata si supir.
"Memangnya kau yakin bisa?", tanya Einstein.
"Saya yakin Pak! Dan hal ini akan lebih baik dari pada kemungkinan Bapak gagal presentasi karena pingsan", jawab sang supir.
"Bagus juga usul mu itu. Saya setuju!", jawab Einstein setelah berpikir sebentar.
Universitas yang terakhir yang akan dikunjungi adalah Syracuse
University di New York. Universitas yang terkenal memiliki banyak pakar
jenius matematika.
Akhirnya, sesaat sebelum sampai di
universitas tersebut mereka bertukar posisi. Einstein menyamar menjadi
supir dan sang supir menyamar menjadi Einstein.
Sesampainya di
universitas, sang supir yang dikira Einstein disambut dengan tepuk
tangan meriah dan duduk di kursi VIP. Sementara Einstein asli yang
dikira supir duduk di bagian belakang penonton sambil beristirahat.
Tiba saatnya presentasi, sang supir naik ke panggung dengan percaya
diri dan mulai mempresentasikan teori relativitas. Einstein beristirahat
sambil mengamati dengan tegang dari kursi belakang. "Benarkah supir
saya telah hafal dengan semua rumus yang biasa saya presentasikan?",
tanyanya dalam hati.
Sang supir menulis di papan tulis persis
seperti Einstein menulis dan berbicara dengan gaya mirip Einstein.
Rupanya sang supir telah hafal dengan materi yang biasa Einstein
presentasikan di universitas-universitas sebelumnya. Hal ini karena
sudah puluhan kali sang supir mengamatinya walau pun tidak mengerti
artinya. Einstein pun mengangguk-angguk dan merasa kagum pada sang
supir.
Selesai presentasi, tepuk tangan membahana dari para penonton. Dan sang supir pun turun dari panggung dengan hati merasa lega.
Sesaat kemudian moderator berkata, "Maaf, Pak Einstein. Silahkan naik lagi ke atas panggung."
"Ada yang mau bertanya?", teriaknya kepada para penonton.
Sang supir terkejut, karena biasanya setelah Einstein selesai melakukan
presentasi langsung turun dari panggung disertai ditepuk-tangan dan
acara presentasi pun selesai. Sambil merasa was-was dia berdoa dalam
hati, "Mudah-mudahan tidak ada penonton yang bertanya karena sudah jelas
dengan apa yang dipresentasikan".
Tiba-tiba seorang pria berdiri dan berkata, "Saya tidak mau bertanya."
"Saya selamat....", kata supir dalam hati.
"Saya hanya ingin menyanggah! Rumus matematika yang dipresentasikan tadi salah!", seru pria tersebut.
"Celaka...!", kata supir dalam hati.
"Saya mana mengerti tentang rumus matematika?", jeritnya dalam hati.
"Silahkan dijelaskan, Pak Einstein", kata moderator.
Dalam keadaan terjepit sang supir berpikir mencari satu jalan keluar. Akhirnya dia berbicara kembali.
"Siapakah Bapak?", tanya sang supir.
"Saya Profesor George, Pakar Matematika di universitas ini", jawabnya.
"Celaka tiga belas!", jerit sang supir dalam hati.
Tadinya dia berpikir, jika yang bertanya adalah mahasiswa maka sang
supir akan menjawab, "Silahkan bertanya saja pada dosen matematika
anda".
Dan jika yang bertanya ternyata adalah dosen, maka dia akan menjawab "Silahkan bertanya saja pada Profesor Matematika anda".
Tapi ternyata yang bertanya adalah Profesornya. Akan bertanya kepada siapa?
Keadaan sang supir makin terjepit. Tetapi sang supir tidak kekurangan akal. Dia selalu mencari satu jalan keluar.
"Pak George adalah Profesor Matematika di universitas yang terkenal
dengan para pakar matematikanya ini..?!", serunya dengan mimik wajah
terheran-heran.
"Hemmm...."
"Sunggung memalukan!"
"Masak... rumus matematika sederhana seperti ini saja tidak paham?"
"Lha..! Supir saya saja paham kok!"
"Maju, Pir! Terangin nih pada profesor...", katanya sambil melambaikan
tangan kepada Einstein yang sedang duduk istirahat di kursi belakang.
Majulah Einstein yang dikira supir menuju ke panggung dan menerangkan rumus tersebut dengan sejelas-jelasnya.
Semakin terkagumg-kagumlah para penonton terhadap Einstein. Ternyata,
supirnya saja bisa diajari oleh Einstein menjadi lebih pintar dari pada
profesor. Apalagi sang Einsteinnya?
Itulah sebabnya mengapa Einstein sampai saat ini dianggap orang yang paling jenius di dunia.
Mengenai kelanjutan dan lebih terinci bagaimana membuat prestasi
melejit dalam situasi terjepit dan serba sulit dapat anda baca di buku
"8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit". "Buku Ajaib", demikian komentar
banyak orang yang telah membacanya.
Penulis : Victor Asih
[Victor Asih, Founder Sekolah Bisnis Gratis USB, Mentor, Entrepreneur,
Inspirator, Motivator, Software Engineer & Information Technology
Consultant, Kolumnis, Penulis Buku Unik Bestseller "8 Langkah Ajaib
Menuju ke Langit"]Penulis bisa dihubungi melalui email
victorasih@yahoo.co.id atau website www.usbschool.com atau blog usbschool.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.