Kak Echo
Saturday, June 09, 2012
Hiduplah seorang ahli batu yang sangat terkenal di China. Hasil
karyanya tersohor di segenap penjuru negeri.Batu-batu permata dan intan
yang berkilauan itu, dipajang menjadi perhiasan jemari dan kaki para
raja. Hampir semua batu indah di dunia ini, pernah diolah tangannya.
Giok, rubi, dan safir, terpajang di segenap sudut-sudut rumahnya.
Namun, sang ahli sudah sangat tua. Kini, ia be...rusaha
mencari pengganti dan penerus karya-karyanya. Belasan orang berusaha berguru. Tapi, tak ada yang cocok buat pekerjaan itu.
Hingga akhirnya ia menemukan seorang pemuda yang tampak bersemangat, dan bersedia menjalani ujian.
"Anak muda, ujian pertama ini tidak sulit," ucap sang ahli membuka pembicaraan.
"Mudah saja. Begini, jika kamu mampu mengambil batu dalam genggamanku,
maka kamu layak mewarisi semua ilmuku. Namun, jika tanganku yang lebih
cepat menutup, maka kamu harus mengulang ujian itu besok." Anak muda itu
mendengarkan dengan
seksama. Ia mengangguk pelan, "Baiklah, itu pekerjaan mudah."
Ujian itu pun dimulai. Sang ahli, meletakkan sebuah batu di atas genggaman.
Disodorkannya ke arah muka si anak muda. "Ayo, ambil". Hap. Tampak
kedua tangan yang beradu cepat. Sang pemuda berusaha meraih batu dalam
gengaman itu. Ah, dia kalah sigap. Tangan sang ahli telah lebih dulu
menutup. "Kamu belum berhasil
anak muda. Cobalah besok." Sang pemuda tampak kecewa.
Keesokan harinya, anak muda itu kembali mencoba. Ujian pun berulang.
Lagi-lagi, dia gagal. Gerakannya masih terlalu lambat. Ia pun harus
kembali mengulang ujian itu. Dua, tiga hari dilaluinya, tak juga
berhasil. Sembilan hari telah terlewati, tapi batu itu masih belum
berpindah tangan. Pemuda itu mulai tampak
putus asa, dan dia berjanji, kalau besok masih belum berhasil, dia akan berhenti dan tak mau menjadi ahli permata.
Hari penantian itu pun tiba. Keduanya telah duduk berhadapan. Sang ahli
bertanya, "Kamu sudah siap?" Sang ahli meletakkan sebongkah batu di
atas gengamannya. Namun, tiba-tiba anak muda itu berteriak, "Hei, tunggu
dulu. Itu bukan batu yang biasa kita gunakan!" Alih-alih meraih batu
itu, sang anak muda malah menanyakan tentang batu. Wajah keheranan itu
dibalas dengan senyuman darisang ahli batu. "Anak muda, kamu lulus ujian
pertama dariku. Selamat!"
***
Hidup di dunia,
kadangkala seperti pertunjukan sulap. Apa yang ada di depan mata,
seringkali bukan apa yang kita dapatkan. Harapan yang kita inginkan,
acapkali meleset. Banyak yang tertipu, banyak pula yang salah duga dan
salah kira. Sebab, di sana memang penuh kepalsuan.
Teman,
sering kita mendengar istilah, siapa cepat dia dapat. Kita pun terpacu
untuk sepakat dengan perkataan itu. Kemudian, segalanya berubah menjadi
begitu bergegas. Adu cepat dan adu sigap. Namun, adakah yang tercepat
selalu yang jadi pemenang? Kadangkala jawabannya tidak semudah itu. Saya
percaya, tak selamanya kita memaknai hidup ini dengan cara-cara seperti
itu. Ada kalanya kita perlu bertanya kepada hati tentang makna hidup
yang sebenarnya. Setidaknya, kali ini saya percaya, mereka yang
cermatlah yang akan memenangkan pertarungan hidup.
Mereka-mereka yang belajar tentang ketelitianlah yang lulus dari ujian kehidupan. Tak selamanya, si cepat adalah si juara.
0 comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.