Para suami, ingat satu hal; keterampilan paling penting yang harus Anda pelajari sebelum menikah adalah keterampilan mendengarkan curhat. Karena sangat tidak banyak suami yang pandai mendengarkan curhat, apalagi curhat istrinya. Kalau mendengarkan curhat teman sesama kantor, ada (banyak) suami yang pintar. Tetapi mendengarkan curhatnya istri, komentar-komentar yang sering ada di benak suami adalah, “Gitu aja kok diceritain, pentingnya dimana?” Yang sering muncul di kepala suami adalah, “Peristiwa itu (terjadi) berapa kali? Ini sudah cerita yang keempat!”
Setiap kali istri bercerita, anggaplah betapa pentingnya urusan itu. Karena yang dicurhatkan istri bisa menyebabkan (terjadinya) perang dunia ketiga. Anggaplah (cerita) itu sangat penting. Sehingga (ketika) diulang tiga kali pun, Anda harus merasa, “Ini baru yang pertama kali tho? Masya Allah…”
Inilah benteng-benteng terkuat yang bisa mengancam keutuhan rumah tangga; menjadi suami pendengar yang baik. Ini latihannya berat! Sangat serius!
Jadi, saya kemarin mengatakan, “Banyak rumah tangga mengalami konflik bukan karena kurangnya cinta, tapi kurangnya ilmu tentang cinta.” Termasuk ilmu tentang cinta adalah ilmu menengarkan, ilmu tentang menyimak tangis.
Hati-hati! Kalau Anda masih suka mengucapkan, “Buat apa menangis? Menangis tidak menyelesaikan masalah.” Ini potensi konflik!
Karena laki-laki yang dipuja oleh wanita, biasanya tidak menyuruh (istrinya) menghentikan tangis, apalagi bertanya “Buat apa menangis?” Laki-laki yang akan dipuja wanita itu, ciri-cirinya adalah menyediakan tempat yang nyaman untuk menangis (bagi istrinya) sampai tuntas; di bahunya, di sandarannya.
Dan inilah yang ada pada diri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Bayangkan, kalau Anda tidak tangani (selesaikan) soal tangis itu, dia (istri) akan menangis pada orang (laki-laki) lain.
Wanita itu, selalu mencari telinga untuk mendengarkan curhatnya. Kalau Anda tidak mendengarkan curhatnya, dia akan mencari telinga lain. Maka, ini (merupakan) keterampilan penting bagi para laki-laki.
By Ustadz Salim A Fillah
0 comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.