REJEKI "BERKAH" DARI PARKIRAN..
Hari ini saya ada undangan sebagai pembicara tamu di seminar Pengusaha Tanpa Riba di Jakarta, seperti biasa saya selalu PP gak pernah menginap, berangkat pagi pulang sore, atau berangkat siang pulang malam.
Sengaja saya bawa mobil dan saya tinggal di Bandara Adi Sucipto Jogja, saya parkir di parkiran VIP sebelah timur biar kalau pas pulang tidak perlu ke sebelah utara rel. Di parkiran ini tidak ada papan pengumuman bahwa parkir dibatasi jam, penjaganya pun masih manual. Tidak ada mesin parkir yang mendata berapa jam lamanya parkir.
Saya ingat kalo mobil menginap bisa di parkiran sebelah utara bandara, semalam 30 ribu. Saya pernah 3 hari meninggalkan mobil disana membayar 90 ribu. Akadnya jelas di depan, sepakat dan saling menyetujui ketika kunci saya tinggal. Salaman...
Malam ini Citilink dari Halim delay, jam 21.30 baru landing di Jogja. Sisa-sisa penumpang dari beberapa pesawat terakhir masih riuh rendah di pintu kedatangan. Saya langsung menuju parkiran VIP untuk mengambil mobil saya yang sejak siang tadi saya parkir disana.
Ketika mobil saya hidupkan, kaca diketuk oleh petugas parkir berkacamata memakai seragam coklat.. Begini dialog saya dengannya.
"Mas, ini parkirnya sejak siang yaaa.." Dia bertanya
"Oh iya mas, berapa ongkos parkirnya?"
"Seratus ribu saja mas.." Katanya sambil menyerahkan karcis parkir berwarna hijau, saya amati sejenak. Tercetak disana parkir VIP 10.000, ditumpuk dengan cap parkir VIP 30.000, tidak ada keterangan berapa batasan lama parkirnya, dendanya, dan lain-lainnya. Sambil menyerahkan uang 100 ribu kepadanya sambil iseng saya bertanya..
"Nyuwun ngapunten mas, tarif 100 ribu itu resmi bukan ya? Kok gak ada tulisannya disini.. Bisa ditawar 50.000 saja ya? atau ini harga ilegal mas?"
"Laaah itu mas ada tulisannya" sambil menunjuk keluar ke arah yang gak jelas, saya celingak-celinguk mencari tulisan yang ditunjukkannya... Gak nemu..
"Kalo ilegal nanti malah jadi rejeki gak berkah lho mas" kata saya lagi..
Mendengar kata "gak berkah" ekspresi wajahnya berubah, tiba-tiba dia memberikan kembalian uang 70.000 kepada saya sambil berkata..
"Pun mas monggo, daripada gak berkah!" Dengan nada mengayun yang terkesan kecewa..
Duuuh.. Gantian saya yang gak enak hati, maksud hati hanya bertanya kok langsung nembaknya kena. Mobil saya mundurkan, terus menuju pintu keluar. Petugas itu sudah berdiri di depan sana. Saya buka kaca jendela, saya ulurkan lagi uang 70.000 itu kepadanya..
"Monggo mas, ini diambil saja.."
"Pun mas, mboten mas mboten! Nanti malah gak berkah.." Jawabnya..
Sepanjang jalan saya mikir, antara salah dan tidak, saya mengikuti aturan yang tertera di karcis, namun membuat kecewa penjaga parkir yang harusnya malam ini dapet sabetan lebih..
Entah berapa banyak orang diposisi saya, ketika berhadapan dengan orang yang butuh uang, namun kepentok dengan istilah haram dan halal, berkah dan gak berkah..
Ada kawan saya yang menolak bonus sebuah mobil baru cash dari mitra kerjanya, asal mau membuatkan nota fiktif pengiriman kain batik berton-ton jumlahnya, agar dapat cair pinjaman dari bank.
Ada kawan lain yang membatalkan proyek pemerintah karena bagian yang memberikan tender minta jatah 20% dimuka.
Ada lagi yang menolak uang panas 1,2 Milyar dari satu BUMN yang bekerja sama dengan perusahaannya, asal mau mark up harga.. Dia membatalkan gara-gara istrinya cukup melarang dengan kata sederhana.. "Pah, uang begituan jangan dibawa pulang ke rumah ya.. kasihan anak-anak makan dari uang begituan" klakep! Proyek itu ditolaknya, uang 1,2 Milyar tak pernah dimilikinya.
Apalagi sekarang komunitas-komunitas pengusaha sedang bareng-bareng membersihkan dari jeratan riba, setiap mengajak untuk berhijrah kawan, saudara, teman untuk ikutan biasanya malah dibully dan dijauhi, dianggap sok suci, bahkan ada yang dicaci maki..
Karcis parkir dari Bandara itu saya simpan, untuk kenang-kenangan atas kelancangan saya yang sok suci..
Salam, @Saptuari
0 comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.