Apa yang muncul di benak kita saat
mendengar nama “Dracula”? apakah gambar yang muncul adalah vampir? orang
bertaring? kastil abad pertengahan? atau kesemuanya?. Kebanyakan orang
mengenal Dracula dari novel besutan Bram Stoker, namun jarang sekali
yang mengetahui bahwa Dracula itu memang ada nyatanya dan Bram Stoler
terinspirasi dari kekejaman tokoh aslinya.
Tidak hanya nyata, sampai sekarang
Dracula masih jadi pahlawan rakyat Rumania, dan masih ada hubungannya
dengan sejarah Islam. Lebih jelas lagi, Dracula atau Vlad Dracul III ini
adalah salah satu lawan perang yang berpengaruh dari Sultan Muhammad II
Al-Fatih sang penakluk Konstantinopel.
“Dracul-ae” itu sebutan bahasa Rumania
untuk bangsawan Ordo Naga (Rumania; Draco = Naga), dan akhiran “-ae”
bermakna “putranya dari”. Adapun “Ordo Naga” ini sendiri adalah salah
satu kelompok ksatria yang disiapkan oleh Sigismund sang Raja Suci
Romawi sebagai ksatria khusus dalam perang salib
Nama Dracula sendiri merujuk pada Vlad
III “Tepes”, anak dari Vlad II voivode (gubernur) Wallachia, Rumania.
Pada masa Vlad II ayahnya, Wallachia dikuasai oleh Kesultanan Utsmani,
dan sebagai jaminan kesetiaan, Vlad III (Dracula) kemudian disekolahkan
di Kesultanan Utsmani
Dracula/Vlad III lalu dididik di
kesatuan Yeniseri bersama adiknya Radu cel Frumos, dan mereka belajar di
kesatuan militer terbaik di masanya. Usia Dracula waktu itu masih
belia, 13 tahun saja, hanya selisih satu tahun dari Muhammad Al-Fatih
yang berusia 12 tahun. Namun walau masih belia, Dracula sudah disumpah
dalam Ordo Naga yang dibentuk untuk memerangi kaum Muslim, dan itulah
yang jadi niatnya. Karenanya dia sangat membenci Muhammad Al-Fatih dan
Islam, walau adiknya Radu cel Frumos menjadi Muslim dan kepercayaan
Al-Fatih pada gilirannya
Saat ayahnya Dracula, Vlad II dibunuh
dan dikudeta pada 1447 oleh John Hunyad dari Hungaria, Kesultanan
Utsmani lalu membantu membebaskan Wallachia dari cengkeraman John
Hunyad. Selepas itu Sultan Murad II, ayah Muhammad Al-Fatih, lalu
meminta pada Dracula untuk menggantikan ayahnya memimpin di Wallachia
Diluar dugaan, inilah kesempatan yang
ditunggu-tunggu Dracula, yang sedari awal pun membenci ayahnya karena
mau tunduk pada Muslim. Berbekal bahasa Arab, Turki dan pengetahuan
militer di Yeniseri, Dracula menyamar menjadi bagian dari kaum Muslim di
setiap benteng-benteng kaum Muslim dan menghabisi benteng-benteng Islam
di Rumania dari dalam
Baru pasca penaklukkan Konstantinopel di
1453, Sultan Muhammad Al-Fatih baru sempat menghadapi Dracula secara
khusus. Pada 1462 Muhamad Al-Fatih memerintahkan Hamzah Bey membawa
1.000 pasukan untuk menangkap Dracula, dan nasib 1.000 pasukan ini
berakhir tragis.
Dracula menggunakan kemampuan
infiltrasinya dengan apa yang dia pelajari di Yeniseri, dia benar-benar
memahami taktik dan strategi berperang ummat Muslim, lalu dengan
gerakan-gerakan yang efektif, Dracula kemudian mengalahkan dan membantai
1.000 pasukan Muslim itu. Dracula menyula (menusuk dengan kayu dari
anus hingga tembus ke kerongkongan) 1.000 pasukan ini, hingga jadi hutan
mayat manusia. Hamza Bey, komandan pasukan ini, ditempatkan ditengah
hutan mayat dan ditaruh di kayu paling tinggi sebagai simbol
Sejak itu Vlad III Dracul mendapat gelar “Tepes” atau “The Impaler” – “Sang Penyula”, kekejamannya dikenal dan diakui dunia
Mendapati hal ini, Sultan Muhammad
Al-Fatih lalu menugaskan Radu Cel Frumos, adik dari Vlad III Dracula
untuk memimpin 90.000 pasukan guna menghentikan Dracula. Perlu serigala
untuk hentikan serigala, Al-Fatih paham bahwa Radu orang yang tepat
karena dataran Rumania hanya bisa dipahami orang aslinya
Berbeda dengan kakaknya Vlad III
Dracula, adiknya Radu Cel Frumos (The Handsome) ini memeluk Islam dan
menjadi Muslim serta pemimpin pasukan khusus Yeniseri. Radu memimpin
90.000 menerobos hutan dan tanah berbukit Rumania untuk menyerang
kakaknya Dracula yang bertahan di benteng ‘Poenari’ miliknya
Pertempuran ini sangat tidak mudah,
mengingat Cetatea Poenari (Benteng Poenari), sangat terjal tanahnya dan
sulit ditembus. Akhirnya serangan Radu pada 1462 puncaknya di Benteng
Poenari terjadi malam hari yang dikenal “Atacul de Noapte” – “The Night
Attack”
Radu cel Frumos menggantikan Dracula
jadi pemimpin Wallachia setelah mengalahkannya. Dracula yang kalah dalam
peperangan menyelamatkan diri dan lari meminta perlindungan pada John
Hunyadi Raja Hungaria. Dracula menghabiskan sisa hidupnya dibawah
pembunuh ayahnya, John Hunyad yang juga musuh Al-Fatih lainnya, sebelum
akhirnya Dracula meninggal pada 1478 ditebas pedang pasukan Utsmani
juga.
Namun warisan Dracula tetap kekal bagi
dunia, kekejaman tiada banding yang dia contohkan, dan kebiadaban tanpa
batas. Sampai saat ini Rumania mengakuinya sebagai pahlawan negara dalam
perang salib, dan patung-patungnya bertebaran di Rumania. Bagi kaum
Muslim, Dracula adalah simbol kekejaman musuh kemanusiaan, penusuk
manusia, dan penghisap darah. Namun saat ini konsep Dracula, Vampir,
dibuat dan dibungkus dengan bagus hingga memikat ummat Muslim dan
melupakan wajah aslinya
Sedangkan Muhammad Al-Fatih, selepas
memadamkan pergerakan Dracula lalu menghadapi John Hunyad, dan George
Skanderberg, lawan lainnya. Kisah Muhammad Al-Fatih disamping kisah
pembebasan Konstantinopel 1453 ini yang kami hadirkan dalam serial “The
Chronicles Of GHAZI”
Saya dan penulis lainnya Sayf Muhammad
Isa membesut novel sejarah untuk menghadirkan karakter ksatria yang dulu
dimiliki punggawa perang dalam Islam, khususnya Sultan Muhammad
Al-Fatih dan para ksatria Allah “Ghazi”, para mujahid Turki Utsmani yang
berada di garda terdepan di masanya
0 comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.