Berikut ini kisahnya – sebagaimana dituturkan kembali oleh sang pembawa acara DR Adil Alu Abdul Jabbaar- : Ia adalah seorang wanita yang sangat cantik jelita dan mengagumkan, bahkan mungkin
tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kecantikannya merupakan tanda kebesaran Allah. Setiap lelaki yang disekitarnya berangan-angan untuk memperistrikannya atau menjadikannya sebagai menantu putra-putranya.
Hal ini jelas dari pembicaraan 'Abiir tatkala bercerita tentang dirinya dalam acara Radio Qur'an Saudi "Buyuut Muthma'innah". Ia bertutur tentang dirinya: "Umurku sekarang 28 tahun, seorang wanita yang cantik dan kaya raya, ibu seorang putri yang berumur 9 tahun yang bernama Mayaa'.
Kalian telah berbincang-bincang tentang
penyakit kanker, maka izinkanlah aku untuk
menceritakan kepada kalian tentang kisahku yang menyedihkan…. dan bagaimana
kondisiku dalam menghadapi pedihnya
kankerku dan sakitnya yang berkepanjangan,
dan perjuangan keras dalam menghadapinya.
Bahkan sampai-sampai aku menangis akibat
keluhan rasa sakit dan kepayahan yang aku rasakan. Aku tidak akan lupa saat-saat dimana
aku harus menggunakan obat-obat kimia,
terutama tatkala pertama kali aku
mengkonsumsinya karena kawatir dengan
efek/dampak buruk yang timbul… akan tetapi
aku sabar menghadapinya.. meskipun hatiku teriris-iris karena gelisah dan rasa takut.
Setelah beberapa lama mengkonsumsi obat-
obatan kimia tersebut mulailah rambutku
berguguran… rambut yang sangat indah yang
dikenal oleh orang yang dekat maupun yang
jauh dariku. Sungguh… rambutku yang indah tersebut merupakan mahkota yang selalu aku
kenakan di atas kepalaku. Akan tetapi
penyakit kankerlah yang menggugurkan
mahkotaku… helai demi helai berguguran di
depan kedua mataku. Pada suatu malam datanglah Mayaa' putriku
lalu duduk di sampingku. Ia membawa sedikit
manisan (kue). Kamipun mulai menyaksikan
sebuah acara di salah satu stasiun televisi, lalu
iapun mematikan televisi, lalu memandang
kepadaku dan berkata, "Mama…engkau dalam keadaan baik..??". Aku menjawab, "Iya". Lalu
putriku memegang uraian rambutku…ternyata
uraian rambut itupun berguguran di tangan
putriku. Iapun mengelus-negelus rambutku
ternyata berguguran beberapa helai rambutku
di hadapannya. Lalu aku berkata kepada putriku, "Bagaimana menurutmu dengan
kondisiku ini wahai Mayaa'..?", iapun
menangis. Lalu iapun mengusap air matanya
dengan kedua tangannya, seraya berkata,
"Wahai mama…rambutmu yang gugur ini
adalah amalan-amalan kebaikan", lalu iapun mulai mengumpulkan rambut-rambutku yang
berguguran tadi dan meletakkannya di secarik
tisu. Akupun menangis melihatnya hingga
teriris-iris hatiku karena tangisanku, lalu aku
memeluknya di dadaku, dan aku berdoa
kepada Allah agar menyembuhkan aku dan memanjangkan umurku demi Mayaa' putriku
ini, dan agar aku tidak meninggal karena
penyakitku ini, dan agar Allah menyabarkan
aku menahan pedihnya penyakitku ini….
Keeseokan harinya akupun meminta kepada
suamiku alat cukur, lalu akupun mencukur
seluruh rambutku di kamar mandi tanpa
diketahui oleh seorangpun, agar aku tidak lagi
sedih melihat rambutku yang selalu
berguguran… di ruang tamu…, di dapur…di tempat duduk…di tempat tidur…di mobil…tidak
ada tempat yang selamat dari bergugurnya
rambutku. Setelah itu akupun selalu memakai penutup
kepala di rumah, akan tetapi Mayaa putriku
mengeluhkan akan hal itu lalu melepaskan
penutup kepalaku. Iapun terperanjak melihat
rambutku yang tercukur habis. Ia berkata,
"Mama..kenapa engkau melakukan ini ?!, apakah engkau lupa bahwa aku telah berdoa
kepada Allah agar menyembuhkanmu, dan
agar rambutmu tidak berguguran lagi?!.
Tidakkah engkau tahu bahwasanya Allah akan
mengabulkan doaku…Allah akan menjawab
permintaanku…!!, Allah tidak menolak permintaanku…!!. Aku telah berdoa untukmu
mama dalam sujudku agar Allah
mengembalikan rambutmu lebih indah lagi dari
sebelumnya…lebih banyak dan lebih cantik.
Mama…sudah sebulan aku tidak membeli
sarapan pagi di sekolah dengan uang jajanku, aku selalu menyedekahkan uang jajanku
untuk para pembantu yang miskin di sekolah,
dan aku meminta kepada mereka untuk
mendoakanmu.
Mama…tidakkah engkau tahu bahwasanya aku telah meminta kepada sahabatku Manaal agar meminta neneknya yang baik untuk mendoakan kesembuhanmu??. Mamaa…aku cinta kepada Allah…dan Dia akan mengabulkan doaku dan tidak akan menolak permintaanku…dan Dia akan segera menyembuhkanmu" Mendengar tuturan putriku akupun tidak kuasa untuk menahan air mataku…begitu yakinnya ia…, begitu kuat dan berani jiwanya… lalu akupun memeluknya sambil menangis…". Putriku lalu duduk bertelekan kedua lututnya menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya berdoa agar Allah menyembuhkanku sambil menangis.
Ia menoleh kepadaku dan berkata, "Mama..hari ini adalah hari jum'at, dan saat ini adalah waktu mustajaab (terkabulnya doa)…aku berdoa untuk kesembuhanmu. Ustadzah Nuuroh hari ini mengabarkan aku tentang waktu mustajab ini." Sungguh hatiku teriris-iris melihat sikap putriku kepadaku... Akupun pergi ke kamarku dan tidur. Aku tidak merasa dan tidak terjaga kecuali saat aku mendengar lantunan ayat kursi dan surat Al-Fatihah yang dibaca oleh putriku dengan suaranya yang merdu dan lembut…aku merasakan ketentaraman…aku merasakan kekuatan…aku merasakan semangat yang lebih banyak.
Sudah sering kali aku memintanya untuk membacakan surat Al- Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas kepadaku jika aku tidak bisa tidur karena rasa sakit yang parah…akupun memanggilnya untuk membacakan al-Qur'an untukku. Sebulan kemudian –setelah menggunakan obat-obatan kimia- akupun kembali periksa di rumah sakit.
Para dokter mengabarkan kepadaku bahwa saat ini aku sudah tidak membutuhkan lagi obat-obatan kimia tersebut, dan kondisiku telah semakin membaik. Akupun menangis karena saking gembiranya mendengar hal ini. Dan dokter marah kepadaku karena aku telah mencukur rambutku dan ia mengingatkan aku bahwasanya aku harus kuat dan beriman kepada Allah serta yakin bahwasanya kesembuhan ada di tangan Allah.
Lalu aku kembali ke rumah dengan sangat gembira…dengan perasaan sangat penuh pengharapan…putriku Mayaa' tertawa karena kebahagiaan dan kegembiraanku. Ia berkata kepadaku di mobil, "Mama…dokter itu tidak ngerti apa-apa, Robku yang mengetahui segala-galanya".
Aku berkata, "Maksudmu?". Ia berkata, "Aku mendengar papa berbicara dengan sahabatnya di HP, papa berkata padanya bahwasanya keuntungan toko bulan ini seluruhnya ia berikan kepada yayasan sosial panti asuhan agar Allah menyembuhkan uminya Mayaa". Akupun menangis mendengar tuturannya…karena keuntungan toko tidak kurang dari 200 ribu real (sekitar 500 juta rupiah), dan terkadang lebih dari itu. Sekarang kondisiku –Alhamdulillah- terus membaik, pertama karena karunia Allah, kemudian karena kuatnya Mayaa putriku yang telah membantuku dalam perjuangan melawan penyakit kanker yang sangat buruk ini.
Ia telah mengingatkan aku kepada Allah dan bahwasanya kesembuhan di tangan-Nya… sebagaimana aku tidak lupa dengan jasa suamiku yang mulia yang telah bersedekah secara diam-diam tanpa mengabariku yang merupakan sebab berkurangnya rasa sakit yang aku rasakan. Aku berdoa kepada Allah agar menyegerakan
kesembuhanku dan juga bagi setiap lelaki atau wanita yang terkena penyakit kanker.
Sungguh kami menghadapi rasa sakit yang pedih yang merusak tubuh kami dan juga jiwa kami…akan tetapi rahmat Allah dan karuniaNya lebih besar dan lebih luas sebelum dan susudahnya"
0 comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.