Responsive Banner design

Selamat datang

Bantu like bos...

Arsip Blog

Penebang dan kapak yang hilang.

Dijaman dulu, ada seorang penebang kayu. Suatu hari dia kehilangan kapaknya, dan tanpa kapak dia tidak bisa bekerja. Dia mencurigai tetangganya yang mencuri kapaknya.

Pagi itu ketika sang tetangga berangkat, dia menutupi peralatan kerjanya dengan kain, rasanya kapaknya pasti disembunyikan disana, apalagi tetangga ini senyumnya terasa tidak tulus. Pasti dia pencur
inya.

Besoknya, bahkan terasa jadi ramah berlebihan karena biasanya jarang menyapa, kali ini menyempatkan berbasa basi. Apalagi dilihat hasil tebangan kayunya 2 hari ini banyak sekali, pasti dia menebang menggunakan kapak curiannya. Semakin dipikir semakin yakin.


Pada hari ketiga baru disadari ternyata kapaknya tersimpan dilaci dapur. Istrinya yang sedang keluar kota menyimpankan disana. Senang benar hatinya karena kapaknya dapat ditemukan kembali.


Dia amati lagi tetangganya yang lewat, dan dia merasa tetangga ini tidak berkelakuan seperti pencuri, dan senyumnya juga tulus tulus saja. Bahkan percakapannya terasa sangat wajar dan jujur. Dia heran kenapa kemarin dia melihat tetangganya seperti pencuri?


**


Persepsi membentuk kenyataan, pikiran kita membentuk sudut pandang kita. Apa yang kita yakini akan semakin terlihat oleh kita sebagai kenyataan. Sebagai contoh, apapun yang dilakukan orang yang kita cintai adalah baik dan benar. Anak nakal dianggap lucu, kekasih medit dianggap berhemat, orang cerewet dibilang perhatian, keras kepala dibilang berprinsip, dan makanan tidak enak dibilang bergizi.


Hidup tidak pernah dan tidak ada yang adil, tidak ada benar salah, kita ciptakan sudut pandang kita sendiri. Perception creates worldview, we create our own reality. Kita menemukan apa yang kita ingin temukan. Apa yang terlihat bukan kenyataan, kenyataan adalah siapa kita dan bagaimana kita memandang semuanya itu.


Pandangan kita berubah mengikuti perubahan jaman dan keadaan. Hemat menjadi medit, tegas menjadi keraskepala, dan cinta menjadi sebuah luka. Segalanya mengalir pada ruang dan waktu. Dan cara kita melihat hidup ini adalah bagian dari sudut pandang kita.

Mengapa Di Indonesia Ada Gelar Haji?

Gelar haji Konon hanya dipakai oleh bangsa melayu. Tidak ada dalil yang mengharuskan jika setelah menunaikan ibadah haji harus diberi gelar haji/hajjah. Bahkan sahabat Rasulullah pun tidak ada yang dipanggil haji.

Sejarah pemberian gelar haji dimulai pada tahun 654H, pada saat kalangan tertentu di kota Makkah bertikai dan pertikaian ini menimbulkan kekacauan dan fitnah yang mengganggu keamanan kota Makkah. Karena kondisi yang tidak kondusif tersebut, hubungan kota Makkah dengan dunia luar terputus, ditambah kekacauan yang terjadi, maka pada tahun itu ibadah haji tidak bisa dilaksanakan sama sekali, bahkan oleh penduduk setempat juga tidak.

Setahun kemudian setelah keadaan mulai membaik, ibadah haji dapat dilaksanakan. Tapi bagi mereka yang berasal dari luar kota Makkah selain mempersiapkan mental, mereka juga membawa senjata lengkap untuk perlindungan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan perengkapan ini para jemaah haji ibaratkan mau berangkat ke medan perang.

Sekembalinya mereka dari ibadah haji, mereka disambut dengan upacara kebesaran bagaikan menyambut pahlawan yang pulang dari medan perang. Dengan kemeriahan sambutan dengan tambur dan seruling, mereka dielu-elukan dengan sebutan “Ya Hajj, Ya Hajj”. Maka berawal dari situ, setiap orang yang pulang haji diberi gelar “Haji”.

Gelar Haji di Indonesia Di zaman penjajahan belanda, pemerintahan kolonial sangat membatasi gerak-gerik umat muslim dalam berdakwah, segala sesuatu yang berhubungan dengan penyebaran agama terlebih dahulu harus mendapat ijin dari pihak pemerintah belanda. Mereka sangat khawatir dapat menimbulkan rasa persaudaraan dan persatuan di kalangan rakyat pribumi, lalu menimbulkan pemberontakan. 

Masalahnya, banyak tokoh yang kembali ke tanah air sepulang naik Haji membawa perubahan. Contohnya adalah Muhammad Darwis yang pergi haji dan ketika pulang mendirikan Muhammadiyah, Hasyim Asyari yang pergi haji dan kemudian mendirikan Nadhlatul Ulama, Samanhudi yang pergi haji dan kemudian mendirikan Sarekat Dagang Islam, Cokroaminoto yang juga berhaji dan mendirikan Sarekat Islam. Hal-hal seperti inilah yang merisaukan pihak Belanda.

Maka salah satu upaya belanda untuk mengawasi dan memantau aktivitas serta gerak-gerik ulama-ulama ini adalah dengan mengharuskan penambahan gelar haji di depan nama orang yang telah menunaikan ibadah haji dan kembali ke tanah air.

Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Pemerintahan Belanda Staatsblad tahun 1903. Pemerintahan kolonial pun mengkhususkan P. Onrust dan P. Khayangan di Kepulauan Seribu jadi gerbang utama jalur lalu lintas perhajian di Indonesia.

Jadi demikianlah, gelar Haji pertama kali dibuat oleh pemerintahan kolonial dengan penambahan gelar huruf “H” yang berarti orang tersebut telah naik haji ke mekah. Seperti disinggung sebelumnya, banyak tokoh yang membawa perubahan sepulang berhaji, maka pemakaian gelar H akan memudahkan pemerintah kolonial untuk mencari orang tersebut apabila terjadi pemberontakan.

Uniknya, pemakaian gelar tersebut sekarang malah jadi kebanggaan. Tak lengkap rasanya bila pulang berhaji tak dipanggil "Pak Haji" atau "Bu Hajjah". Ritual ibadah yang berubah makna menjadi prestise? Ironis...

Sumber : aliefqu.innomuslim

KEUTAMAAN WANITA DIBANDING PRIA

1. Wanita auratnya lebih susah dijaga (lebih banyak) dibanding pria.
2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.
3. Wanita saksinya (apabila menjadi saksi) kurang berbanding pria.
4. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada pria.
5. Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.
6. Wanita wajib taat kepada suaminya, sementara suami tak perlu taat pada istrinya.
7. Talak terletak di tangan suami dan bukan di tangan istri.
8. Wanita kurang dalam beribadah karena adanya masalah haid dan nifas yang tak ada pada pria. Itulah sebabnya banyak yang berpromosi untuk, “MEMERDEKAKAN WANITA...!!!” AND LOOK...!!!

1. Benda yang mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan di tempat yang teraman dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiarkan terserak bukan...??? Itulah perbandingannya dengan seorang wanita. 

2. Wanita perlu taat kepada suami.
Bahwa sesungguhnya pria wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada bapaknya. 

3. Wanita menerima warisan lebih sedikit dari pada pria, tetapi bahwa harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya. Sementara apabila pria menerima warisan, ia perlu atau wajib juga menggunakan hartanya untuk istri dan anak². 

4. Di akhirat kelak, seorang pria akan mempertanggung j­awabkan terhadap 4 wanita, yaitu; Isterinya. Ibunya, Anak perempuannya. Dan saudara perempuannya. Artinya; Bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang pria, yaitu; Suaminya, Ayahnya, Anak prianya, Dan saudara prianya. 

5. Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi bahwa setiap saat dia di do'akan oleh segala makhluk, malaikat dan seluruh makhluk ALLAH SWT di muka bumi ini dan tahukah jika ia mati karena melahirkan adalah syahid dan surga menantinya. 

6. Seorang wanita boleh memasuki pintu surga melalui pintu surga yang mana saja yang disukainya, cukup dengan 4 syarat saja, yaitu; Shalat 5 waktu. Puasa di bulan Ramadhan. Taat kepada suaminya. Dan menjaga kehormatannya. 

7. Seorang pria wajib berjihad fisabilillah, sementara bagi wanita jika taat akan suaminya serta menunaikan tanggung jawabnya kepada ALLAH SWT, maka ia akan turut menerima pahala setara seperti pahala orang pergi berjihad fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata. Masya ALLAH...!!!

Subhanallah...!!! Demikian sayangnya ALLAH SWT pada wanita.
Ingat firman-Nya, bahwa mereka tidak akan berhenti melakukan segala upaya, sampai kita ikut atau tunduk kepada cara² atau peraturan yang telah dibuat-Nya. Bahwa sebagai dzat yang Maha Pencipta, yang menciptakan kita, maka sudah pasti Ia yang Maha Tahu akan manusia, sehingga segala hukum-Nya atau peraturan-Nya, adalah YANG TERBAIK bagi manusia dibandingkan dengan segala peraturan yang dibuat manusia.

Jagalah istrimu karena dia perhiasan, pakaian dan ladangmu, sebagaimana Rasulullah pernah mengajarkan agar kita (kaum pria) berbuat baik selalu (gently) terhadap istrimu.

Adalah sabda Rasulullah SAW bahwa; Ketika kita memiliki dua atau lebih anak perempuan, mampu menjaga dan mengantarkannya menjadi muslimah yang baik, maka surga adalah jaminannya...!!! Berbahagialah wahai para muslimah. Tunaikan dan menegakkan agamamu, niscaya surga menanti.

Mari Kita Berdo'a Sahabat
Ya Allah...
Semoga kami selalu termasuk dari golongan wanita muslimah dihapanmu... Ya Rabb...
Bagi yang laki², semoga pasanganmu adalah seorang muslimah dihadapan Allah SWT...
Aamiin Ya Rabbal'alamiin...

RENUNGAN KISAH ANAK UNTA

Percakapan seekor unta muda dengan induknya. “Ibu, boleh aku bertanya sesuatu”, sang anak berkata. “Ya, anakku apakah ada yang mengganggu pikiranmu?”, sang induk menjawab. “Mengapa kita punya punuk, sementara gajah, rusa tidak?”, sang anak memandang induknya. “Kita adalah binatang padang gurun, dan punuk ini digunakan untuk menyimpan air. Kita dikenal sebagai hewan yang dapat bertahan tanpa air”, induknya menjelaskan dengan sabar.

“Lalu mengapa kaki kita panjang dan bulat?”, anaknya bertanya lagi.
“Anakku, sudah jelas itu kita gunakan untuk dapat berjalan di padang pasir lebih baik dan lebih cepat dari pada yang lainnya”, induknya berusaha sabar terhadap anaknya.

“OK. Terus mengapa kita punya alis mata yang panjang?”, tanya anaknya lagi.
“Alis ini”, sambil menjilat alis mata anaknya, “kau gunakan untuk melindungi mata dari butiran pasir yang beterbangan di padang gurun”, sang induk mulai kewalahan dengan pertanyaan anaknya. Lalu menjelaskannya sekali lagi.

“Jadi, punuk ini digunakan untuk menyimpan air ketika kita di padang pasir, kaki ini untuk berjalan di atas pasir, dan alis mata ini untuk melindungi mata kita dari butiran pasir….” “Satu pertanyaan lagi, ibu”, anaknya menyela kata-kata indukknya. “Ya, anakku!”

“Lalu mengapa kita berada di kebun binatang ini?
Apa yang kita lakukan disini?
Untuk apa semua yang kita miliki ini, kalau kita tidak berada di padang gurun?”,

anaknya menunggu jawaban dari induknya. Ada yang bisa bantu sang induk menjawab? Monggo... Dicoment...

KARMA ISTRI ISTRI SOEKARNO

Andai ajal tak menjemput, bagi Bung Karno, seolah tak pernah ada wanita terakhir untuk diperistri. Di hadapan wanita sepuh itu, Fatmawati Sukarno bersimpuh. Sambil berurai air mata, dia bersujud menciumi kedua kakinya. Dengan terbata-bata, Fatmawati meminta maaf karena telah menjalin tali kasih dan menikah dengan Sukarno.

“Indung mah lautan hampura (seorang ibu adalah lautan maaf),” si perempuan sepuh itu membalas sambil memeluk dan mengelus kepala Fatmawati. Hanya, ke depan, dia melanjutkan, jangan mencubit orang lain kalau tak ingin dicubit, karena dicubit itu rasanya sakit. Si perempuan sepuh itu tak lain adalah Inggit Garnasih. Dia perempuan kedua, setelah Oetari Tjokroaminoto, yang dinikahi Bung Karno. Istri yang cuma bisa memberi tanpa mau meminta kepada suaminya. Sayang, setelah 20 tahun berumah tangga, bahkan dengan setia nunut Bung Karno hingga ke Ende dan Bengkulu, Inggit harus rela berpisah. Karena si Bung terpikat pada Fatmawati, yang pernah ikut mondok dalam rumah tangga mereka saat di Bengkulu. Kehendak Fatmawati menemui Inggit di Jalan Ciateul Nomor 8, Bandung, seperti tertulis dalam buku Fatmawati Sukarno: The First Lady karya Arifin Suryo Nugroho, terwujud berkat bujuk rayu mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.

Ali menemui Inggit pada 7 Februari 1980 untuk menjajaki kemungkinan menerima kehadiran Fatmawati, yang telah 38 tahun tak lagi berkomunikasi. Bagi Fatmawati, kehendaknya menemui mantan ibu angkatnya itu seolah menjadi penyuci diri. Sebab, pada 14 Mei 1980, Fatmawati berpulang setelah menunaikan umrah. Kehadiran anak kandung sangat diidamkan Bung Karno, dan Fatmawati memberinya lima putra-putri.

Tapi kebahagiaannya sebagai pendamping Bung Karno harus terkoyak pada tahun ke-12. Sebab, belum genap dua hari ia melahirkan Guruh, Sukarno mendekat sambil berkata lirih, “Fat, aku minta izinmu, aku akan kawin dengan Hartini.” Tak terbayangkan betapa sakitnya hati Fatmawati kala itu. Tapi bisa jadi itulah karma yang harus diterimanya setelah Bung Karno terpaksa menceraikan Inggit, yang tak memberinya keturunan.

Kepada Tempo edisi 22 september 1999, Hartini menepis tudingan publik bahwa dirinya telah merebut Bung Karno dari Fatmawati. Untuk bersedia menerima pinangan Bung Karno yang bertubi-tubi, dia harusmembayarnya dengan amat mahal. Sebab, hampir semua media dan aktivis perempuan kala itu menyudutkan dirinya, dan lebih membela Fatmawati. “Benar, sudah ada Ibu Fatmawati, sang first lady, ketika saya menikah dengan Bung Karno. Tapi, setelah saya, juga ada Dewi,” ujar Hartini. Dan, kalau dirinya dikatakan merebut Bung Karno dari Ibu Fat, ia melanjutkan, bukankah Ibu Fat juga merebut Bung Karno dari Ibu Inggit, dan Ibu Inggit merebutnya dari Ibu Tari (Oetari)? Lalu, setelah Dewi, bukankah masih ada lagi Haryatie, Yurike, dan belum pacar-pacar yang lain? Jadi semuanya sama. Yang membedakan, hanya ada satu first lady. “Saya tidak merebut Bung Karno. Saya menjalani takdir yang digariskan hidup,” Hartini menegaskan.

Total, Bung Karno sembilan kali resmi menikah. Andai ajal tak menjemput, bagi si Bung, seolah tak pernah ada wanita terakhir untuk diperistri. Seorang wanita yang dilimpahi aliran cinta yang bergelora harus tabah menyaksikan padamnya api asmara tatkala Sukarno terpikat pada wanita lain.
sumber | iniunic.blogspot.com

comment