Responsive Banner design

Selamat datang

Bantu like bos...

Arsip Blog

Home » » Jaga lisan dan perlakuanmu pada anakmu

Jaga lisan dan perlakuanmu pada anakmu

*Pesan Ibu Elly Risman*
*Senior Psikolog UI, Konsultan Parenting Nasional*

*Inilah pesan Ibu Elly Risman untuk para Orangtua :*

Kalau Anda dititipi anak Presiden, kira-kira bagaimana mengasuh dan menjaganya ?

Beranikah Anda membentaknya sekali saja ?
Pasti enggak, kan ?

Nah, yang sekarang menitip bukan Presiden, tapi yang jauh lebih berkuasa dari Presiden, yaitu Allah.

Beranikah Anda membentak, memarahi, mencubit, menyentil, bahkan memukul ?

Jika Anda pernah melakukannya, kira-kira nanti di hari akhir, apa yang Anda jawab ketika ditanya Pemiliknya ?

*Jiwa anakmu lebih mahal* dari susu termahal yang ditumpahkannya.
*Jaga lisanmu,* duhai orangtua.
*Jangan pernah* engkau *memarahi* anakmu hanya gara-gara ia menumpahkan susunya atau karena ia *melakukan hal* yang menurutmu *salah.*

Anakmu tidak tahu kalau apa yang ia *lakukan adalah kesalahan.*
*Otaknya belum mempunyai konsep* itu.

*Jaga Jiwa Anakmu.*
Lihatlah *tatapan mata* anakmu yang *tidak berdosa* itu ketika *engkau marah-marah.*
Ia diam dan mencoba mencerna apa yang engkau katakan.
*Apakah ia mengerti ?*

Mungkin iya, tapi cobalah perhatikan apa yang ia lakukan.                        *setelah* engkau *pukul dan engkau marahi.*
Anakmu *tetap memelukmu*, masih ingin *engkau belai.*
Bukankah inilah tanda si anak *memaafkanmu ?*

Namun, jika engkau terus-menerus mengumbar kata-kata kasarmu kepadanya, *otak anakmu akan merekamnya* dan akhirnya, *cadangan ‘maaf’ di otaknya hilang.*

*Apa yang akan terjadi* selanjutnya, duhai orangtua ?
Anakmu akan *tumbuh menjadi anak yang ‘ganas’* dan ia pun akan *membencimu sedikit demi sedikit* hingga *tidak tahan* hidup bersamamu.

*Jiwa anak yang terluka itu akan mendendam.*
Pernahkah engkau *saksikan* anak-anak yang *‘malas’ *merawat orangtuanya ketika tua ?*
*Jangan salahkan* anak-anaknya.
*Cobalah memahami* apa yang sudah *dilakukan* oleh orangtua itu kepada anak-anaknya ketika mereka *masih kecil.*

Orangtua.., anakmu itu *bukan kaset* yang bisa kau rekam untuk *kata-kata kasarmu.*
Bersabarlah.
*Jagalah kata-katamu* agar anak hanya tahu bahwa ayah ibunya adalah *contoh yang baik, yang bisa menahan amarahnya.*

Duhai orangtua, engkau pasti kesal kalau anakmu nakal.

Tapi pernahkan engkau *berpikir* bahwa kenakalannya mungkin adalah *efek rusaknya* jiwa anakmu karena *kesalahanmu...*
Kau *pukul & kau cubit anakmu* hanya karena melakukan *hal-hal sepele*.  
Kau hina dina anakmu hanya karena ia *tidak mau melakukan* hal-hal yang engkau *perintahkan.*

Cobalah duduk dan *merenungi* apa saja *yang telah engkau lakukan* kepada anakmu.
Apakah engkau lebih sayang pada susu paling mahal yang tertumpah?
Anakmu pasti *menyadari* dan tahu ketika kemarahan itu *selalu hadir di depan matanya.*
*Jiwanya* pun menjadi memerah bagai bara api.
*Apa yang mungkin terjadi ketika jiwa anak sudah terusik ?*

Anak *tidak hormat* pada orangtua.
Anak *menjadi musuh* orangtua.
Anak *menjadi sumber kekesalan* orangtua.
Anak tidak bermimpi hidup bersama dengan orangtua.
*Hal-hal inikah yang engkau inginkan, duhai orangtua ?*

*Ingatlah, jiwa anakmu lebih mahal* dari susu termahal yang ditumpahkannya.
*Jaga lisan* dan *perlakukanmu* kepada anakmu.

������������������������������������

Untuk saya dan bapak ibu semua ����

0 comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

comment